LAPORAN PERJALANAN KE TEMPAT WISATA
“KOTA TUA JAKARTA”
Nama : Riyan Abdul Wakhid
NPM :
19614556
Kelas :
1 SA 07
Perjalanan pada hari/tanggal Minggu, 12 April 2015 di
tempat wisata Kota Tua Jakarta
Laporan ini dibuat untuk memenuhi Tugas SoftSkill#
Sejarah Kota Tua Jakarta
Sebelum melaporkan hasil perjalanan
wisata ke kota tua, ada baiknya kita mengetahui sejarah dari Kota Tua Jakarta :
Terbentuknya Kota Tua Jakarta diawali
dengan munculnya sebuah kerajaan yang bernama Padjadjaran, jauh sebelum dikenal
Sunda Kalapa. Nama Sunda Kalapa sendiri merupakan nama resmi tertua dari Kota
Jakarta yang terdiri atas dua unsur yaitu “Sunda” dan “Kalapa”. Nama Sunda
dalam Sunda Kalapa baru muncul pada abad ke 10, disebutkan didalam prasasti
Kebon Kopi II yang berangka tahun 854 Saka (932 Masehi). Pada masa sekarang
ibukota dari Kerajaan Padjdjaran terletak di Batu Tulis, sebuah daerah yang
berada di Bogor, Jawa Barat. Letak ibukota kerajaan ini dinyatakan dalam
Prasasti Batutulis yang berangka tahun 1355 Saka (1433 Masehi), yang
menyebutkan sebuah kota bernama Pakuan Padjadjaran.
Bersamaan dengan perkembangan kerajaan
Padjadjaran, datanglah Bangsa Eropa pertama yang berhasil menginjakkan kaki di
Sunda Kalapa yaitu Portugis. Kedatangan Portugis pertama di Sunda Kalapa pada
tahun 1513 Masehi dibawah pimpinan De Alvin. Ekspedisi kedua bangsa Portugis di
bawah pimpinan Henrique Leme, bertujuan untuk mencari rempah-rempah dan
mendirikan benteng perdagangan. Keinginan Portugis membuat benteng perdagangan
di Sunda Kalapa ini terwujud dengan adanya perjanjian antara Prabu Surawisesa
dengan Portugis pada tahun 1522. Perjanjian ini disebut sebagai perjanjian
international pertama yang dilaksanakan di Nusantara, perjanjian ini dilakukan
di Kota Pakuan Padjadjaran dan diabadikan dalam sebuah Padrao.
Seiring dengan adanya kerjasama antara kerajaan Padjadjaran dan Portugis,
terjadi perkembangan yang signifikan terhadap kekuasaan Portugis di Sunda
Kalapa. Melihat perkembangan kekuasaan Portugis yang begitu pesat, Kerajaan
Demak dibantu oleh kerajaan Cirebon melakukan penyerangan terhadap Sunda Kalapa
dibawah pimpinan Pangeran Fatahilah pada tahun 1526-1527. Dalam serangan
tersebut Portugis berhasil dikalahkan dan Sunda Kalapa berhasil direbut dari
kekuasaan Portugis. Jatuhnya Sunda Kalapa ke tangan Pangeran Fatahilah menandai
berubahnya nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada tahun 1527.
Bangsa Eropa kedua yang berhasil singgah
di Jayakarta adalah Belanda dibawah pimpinan Cornelis De Houtman dengan tujuan
berdagang dan mencari rempah-rempah. Setelah kedatangan tim ekspedisi Belanda
dibawah pimpinan De Houtman, semakin banyaklah orang Belanda yang datang dan
singgah di Jayakarta untuk berdagang rempah-rempah. Perdagangan yang tidak
teratur ini membuat Belanda kalah dengan Inggris yang telah pula berdagang di
Jayakarta. Akhirnya, didirikanlah sebuah persekutuan dagang Belanda yang
bernama Vereenigde Oostindische Compagnie atau yang biasa disingkat VOC pada
tahun 1602. Tujuan didirikannya VOC adalah untuk untuk memonopoli perdagangan
rempah-rempah Asia dan memperkuat diri terhadap ancaman persatuan dagang
Inggris yaitu EIC. Tahun 1619 Belanda merebut Jayakarta dari Pangeran
Fatahillah serta mengganti namanya menjadi Batavia. Penyerangan ini dipimpin
oleh Gubernur Jenderal J.P. Coen. Sekitar 180 tahun berselang, VOC mengalami
kemunduran yang luar biasa akibat banyaknya korupsi dan ketidakberesan yang
terjadi didalam tubuh VOC. Hingga akhirnya pada tahun 1799 VOC resmi
dibubarkan, dan berdirilah pemerintahan yang berada langsung dibawah kerajaan
Belanda, diperintah oleh Raja Louis Napoleon.
Setelah pemerintahan Belanda di
Nusantara berada dalam pengawasan langsung Kerajaan Belanda, maka diangkat
beberapa Gubernur Jenderal baru utnuk memerintah dan bertanggung jawab terhadap
Hindia Belanda. Salah satu yang cukup terkenal adalah Daendels yang memerintah
sejak tahun 1808, juga terkenal sebagai pemimpin yang keras dan disiplin.
Keputusan yang dibuat oleh Daendels turut berperan dalam pembangunan kota
Batavia, diantaranya pembangunan pabrik senjata, pembangunan jalan raya,
pembangunan benteng pertahanan dan lain sebagainya. Pemerintahan Belanda
berakhir sepenuhnya di Nusantara setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang melalui perundingan Linggarjati pada tahun 1942.
Berakhirnya masa pemerintahan Belanda di
Nusantara bukanlah akhir dari masa penderitaan dan penjajahan bangsa asing di
Nusantara. Dengan ditandatanganinya perjanjian Linggarjati, kekuasaan atas
Nusantara dilimpahkan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah Jepang. Masa
pendudukan Jepang di Nusantara tergolong sangat singkat. Jepang berkuasa sejak
tahun 1942 hingga 1945. Dalam propagandanya Jepang menyebarkan paham 3A yaitu
Jepang sebagai pemimpin, pelindung, dan cahaya Asia. Jepang berharap dengan
tampilnya sebagai “kakak besar” bangsa Indonesia, maka masa pendudukannya akan
lebih mudah diterima oleh Rakyat Indonesia. Tujuan utama dari pendudukan Jepang
ini adalah untuk membentuk persemakmuran berasama dengan Asia Timur Raya.
Jepang menjadikan Batavia bentukan Belanda sebagai pusat kekuatan Jepang. Pada
saat Jepang terlibat dalam perang dunia II, Batavia yang telah berganti nama
menjadi Jakarta dijadikan tempat pelatihan tentara, tempat pemerintahan pusat,
serta tempat pemusatan kekuatan militer Jepang. Jepang juga melatih
putera-puteri Indonesia untuk siap berperang dengan dibentuknya PETA. Demi
mengambil hati rakyat Indonesia, Jepang juga menjanjikan kemerdekaan, salah
satu caranya dengan pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Maret 1945.
Keputusan Jepang untuk melibatkan diri
dalam Perang Dunia II adalah hal yang fatal. Pada tahun 1945, Sekutu
menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, dua kota penting milik Jepang.
Peristiwa ini dipergunakan oleh pemuda Indonesia untuk mendesak angkatan tua
untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya setelah melalui
pertimbangan matang, pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya di Jakarta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No. 17. Lokasi
pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan adalah rumah dari tokoh nasional
Indonesia yaitu Soekarno. Pada saat pembacaan naskah Proklamasi, Soekarno
ditemani oleh Hatta. Keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia
pertama. Penyebar luasan berita mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan
melalui stasiun radio RRI Jakarta.
Semenjak kemerdekaan Indonesia di
proklamirkan, Jakarta menjadi pusat pemerintahan dan Ibukota Indonesia. Jakarta
pernah kehilangan perannya sebagai ibukota Negara saat situasi pra kemerdekaan
tidak kondusif dan ibukota serta pusat pemerintahan terpaksa dipindahkan ke
Jogjakarta. Namun pemindahan ibukota ini tidak permanen, sehingga setelah
kondisi aman Ibukota dan Pusat pemerintahan Indonesia dikembalikan ke Jakarta
hingga sekarang.
Laporan Perjalanan wisata ke Kota Tua Jakarta
Perjalanan ke tempat wisata Kota Tua Jakarta saya lakukan pada hari Minggu tanggal 12 April 2015 pada pukul 10 pagi. Saya mengajak keluarga untuk mengunjungi Kota Tua Jakarta. Kami sampai di kota tua pada pukul 11.30 pagi, sesampainya di kota tua, saya mengajak keluarga untuk masuk ke Museum Seni Rupa dan Keramik, sebelum memasuki Museum Seni Rupa dan Keramik, kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama, berikut foto saya dan keluarga di depan Museum Seni Rupa dan Keramik :
Setelah foto bersama, kami mulai masuk kedalam Museum Seni Rupa dan Keramik, sebelum
itu kami harus membeli tiket masuk dengan harga Rp. 5.000 per tiket. Berikut
ini foto sebelum kami memasuki ruangan di Museum Seni Rupa dan Keramik:
Kami mulai memasuki ruang pertama yaitu Ruang Sejarah Gedung, di ruangan ini berisi sejarah gedung, saya tidak mengambil gambar di ruangan ini, karena di pintu masuk ada tulisan dilarang foto-foto tanpa izin penjaga, berhubung ruang 1 sampai ruang 3 berdekatan dengan ruang penjaga, jadi sampai ruang 3 saya tidak bisa memberikan gambar. Ruang selanjutnya yaitu Ruang Pengenalan, yang berisi mengenai definisi seni. Kemudian memasuki ruangan yang ke 3 yaitu Ruang Masa Prasejarah, setelah itu kami naik ke lantai atas, Di lantai atas saya mulai mengambil gambar, karena sudah jauh dari tempat penjaga gedung. Masuk di ruang Lukisan Tradisional, disini ada beberapa macam lukisan dari pelukis yang terkenal, berikut beberapa lukisannya :
Lukisan “Singa & Ular”
Karya R. Saleh S.
Lukisan "Begawan Ciptaning 2008"
Karya Rastika
Lukisan "Babat Alas Martani 1990"
Karya Sumbar P. Sunu
Kemudian kami memasuki ruang-ruang
selanjutnya seperti Ruang Masa Persagi, Ruang Masa Mooi Indie, Ruang Masa
Jepang, Ruang Masa Sanggar, Ruang Masa Lekra, Ruang Akademi Seni Rupa, Ruang
Masa Orde Baru, Ruang Seni Rupa Baru.
Ruang Masa Mooi Indie Ruang Masa Persagi
Ruang Masa Jepang Ruang Masa Sanggar
Ruang Masa Lekra Ruang Akademi Seni Rupa
Ruang Masa Orde Baru Ruang Seni Rupa Baru
Setelah memasuki beberapa ruangan, kami istirahat dan
duduk-duduk, di sela-sela waktu istirahat saya pengen mencoba belajar membuat
keramik dari tanah liat, berikut ini gambar saat saya belajar membuat keramik :
Setelah selesai belajar membuat keramik, saya ikut
keluarga beristirahat dan sholat, kemudian kami melanjutkan untuk memasuki
beberapa ruangan lagi, kami masuk ke ruangan sejarah keramik, disana saya melihat bentuk keramik-keramik jaman dahulu, ada
juga ornamen yang menceritakan sebuah kapal besar yang karam di laut kemudian
ditemukan koin-koin dan keramik-keramik yang berjatuhan dari kapal besar
tersebut. Hal yang membuat saya kagum
adalah keramik pada masa abad ke-14 dan keramik masa dinasti Ming dan Ching
terdapat di sini. Betapa lama sekali usia keramik-keramik itu. Koleksi keramik
di museum ini berasal dari berbagai wilayah Indonesia dan beberapa negara
lainnya. Tentunya yang paling banyak adalah koleksi keramik dari Cina, berikut
salah satu keramik pada abad 14 yang saya foto:
Di ruangan itu juga saya mengabadikan foto saya
bersama keluarga dengan latar belakang keramik-keramik yang bersejarah
tersebut, berikut foto-fotonya :
Pada
pukul 1 siang, kami keluar dari museum Seni Rupa dan Keramik, kemudian kami
makan bersama, setelah selesai makan, saya mengajak keluarga untuk masuk ke
Stasiun Jakarta, karena saya belum pernah masuk dan penasaran dengan bentuk
bangunan stasiun Jakarta seperti apa,maka saya ajaklah keluarga untuk masuk ke
stasiun tersebut, suasanan disana sangat ramai, banyak orang yang mengantre
untuk membeli tiket kereta, setelah puas melihat-lihat suasana dan bentuk
Stasiun Jakarta, kami langsung segera pulang. Pada pukul 3 sore kami pulang.
Demikian laporan mengenai kunjungan
saya dan keluarga ke tempat wisata Kota Tua Jakarta, saya merasa senang bisa
mengunjungi salah satu tempat bersejarah di Jakarta, dan mendapatkan banyak
pengetahuan mengenai sejarah-sejarah seni rupa dan keramik, meskipun tidak
semua gedung di kota tua yang saya kunjungi, namun suatu saat saya akan
kembali berkunjung kesana, dan masuk ke semua gedung yang ada di kota tua. Amin, Terimakasih.